Menciptakan Aroma Sakral di Festival Indonesia Bertutur Ruwatan Bumi
Pada 13 September 2022, Indonesia Bertutur dan Kemendikbudristek menggelar pertunjukan akbar Ruwatan Bumi di Taman Lumbini, Borobudur, Magelang sebagai penutup agenda G20 Bidang Kebudayaan. Pagelaran ini merupakan puncak dari Festival Indonesia Bertutur 2022 yang berfokus pada tema pemulihan bangsa Indonesia di tengah kondisi pandemi.
Ruwatan bumi sendiri adalah sebuah ritual dan tradisi yang sudah berumur ratusan tahun yang secara konsisten dipraktikkan oleh nenek-moyang di Nusantara. Di tengah globalisasi, ruwatan bumi ternyata masih bertahan dilakukan oleh komunitas masyarakat adat hingga hari ini. Tujuan dari ritual ini adalah untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan dan alam atas hasil panen selama setahun yang lalu, sekaligus berdoa untuk menolak bala di masa bercocok tanam berikutnya.
Ide besar inilah yang diadopsi menjadi konsep utama pagelaran Indonesia Bertutur 2022, setelah melihat dampak pandemi yang begitu dahsyat terhadap kehidupan manusia. Melibatkan 900 lebih seniman, pertunjukan Ruwatan Bumi digelar dengan menggabungkan tradisi dan modernitas yang mengajak kelompok-kelompok adat dan kesenian berbasis vokal di penjuru Nusantara. Pertunjukan ini mengolah spiritual tradisi secara artistik dengan penuh keagungan, yang tim kreatif utamanya merupakan 10 perempuan pencipta seni di Indonesia. Salah satunya adalah founder Peek.Me Naturals, Arlin Chondro.
Bekerja sama dengan sembilan perempuan hebat lainnya (dari mulai sutradara, koreografer, komposer, penata panggung, penulis naskah, sampai pemain teater), Arlin yang merupakan satu dari hanya tiga aromaterapis bersertifikat internasional di Indonesia, didapuk untuk menciptakan dupa dari tanaman-tanaman khas Indonesia yang memegang peranan penting dalam babak terakhir dari pertunjukan ini. Dupa ini berfungsi sebagai aroma sakral yang mampu menghubungkan manusia dengan alam, lingkungan, dan dirinya sendiri dalam suasana meditatif.
Wewangian sakral yang Arlin ciptakan seluruhnya berasal dari tanaman yang khas Nusantara, beberapa di antaranya yaitu:
- Gaharu - yang secara tradisional digunakan bersama Cendana sebagai dupa karena mampu membawa mantra dan memiliki aroma yang kompleks dan magis
- Cendana - minyak khas Indonesia yang beraroma meditatif dan mampu mengingatkan kita kepada Sang Pencipta
- Nilam - yang menjadi dasar penggunaan parfum di seluruh dunia, Nilam memberikan keseimbangan yang cantik dan keparipurnaan aroma ini
- Ketumbar - beraroma membangkitkan dan berfungsi sebagai antridepresan, tanaman ini juga baik untuk pencernaan
- Kayu Putih - yang bukan hanya melegakan pernapasan, tapi juga mampu pernapasan yang dalam dan dapat membuka pikiran kita
Dupa yang Arlin ciptakan ini dibawa oleh penampil di babak akhir pertunjukan untuk disebarkan ke seluruh audiens yang terdiri dari delegasi G20, jajaran menteri Indonesia, dan perangkat pemerintah lainnya. Pembawaan yang khusyuk menambah suasana magis yang tercipta saat pertunjukan.
Selain itu, Peek.Me Naturals juga membagikan spray aromaterapi edisi terbatas yang dinamakan Ruwatan Bumi sebagai cenderamata untuk para audiens, sehingga wangi pertunjukan yang megah ini bisa dibawa pulang dan menjadi pengingat yang manis, bahwa manusia selalu memiliki tempat bersandar di saat-saat terendah... seandainya saja kita mau mengizinkan kebesaran alam untuk menyentuh jiwa kita.
Melalui pengalaman menjadi bagian di acara kenegaraan ini, Peek.Me Naturals yakin bahwa aromaterapi memiliki banyak sekali kegunaan bagi bangsa Indonesia, termasuk dalam melestarikan kebudayaan leluhur Nusantara.
Untuk mengajak Peek.Me Naturals berkolaborasi dalam acara-acara besar, silakan hubungi kami di sini.