March 09, 2022
Menjadi Women Juggler Masa Kini
Angkat tangan jika kamu relate dengan kondisi-kondisi ini.
Kondisi A:
Lagi fokus kerja, tiba-tiba anak minta main bareng. Mau ngasih ke pengasuh, nggak tega lihatnya karena tau dia kangen.
Kondisi B:
Lima menit lagi online meeting, udah siap-siap, tiba-tiba mesin air rusak dan harus segera panggil tukang.
Kondisi C:
Nungguin anak tidur, tapi dia masih kepengin main. Padahal, banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan karena ditungguin kolega, rumah masih berantakan, dan menu makan malam belum terpikir!
Kondisi D:
Kerja di kantor senang sih bisa konsentrasi, tapi rasanya pengen video call terus sama anak. Belum lagi harus pompa ASI sambil kerja. Anakku kangen nggak ya sama aku?
Kondisi E:
Duh, nggak enak hati sih minta izin lagi. Kemarin izin ngurusin suami sakit, sekarang gantian anak yang sakit. Tapi, kalau ditinggalin, aku nggak tega :(
Yes, Peek.Me Friends. Itulah kira-kira skenario yang kerap terjadi sehari-hari di kehidupan perempuan-perempuan yang harus membagi waktunya untuk urusan rumah, anak-anak, kantor, dan diri sendiri.
Yes, Peek.Me Friends. Itulah kira-kira skenario yang kerap terjadi sehari-hari di kehidupan perempuan-perempuan yang harus membagi waktunya untuk urusan rumah, anak-anak, kantor, dan diri sendiri.
Peran perempuan di masyarakat kita sudah sangat bergeser dari peran perempuan di zaman ibu atau nenek kita. Dulu mereka menikah, mengurus rumah, dan punya anak banyak, semua dilakukan sendiri atau bersama orang tua, tetangga, atau kakak-adiknya. Urusan bekerja dan mencari nafkah menjadi tugas suami sepenuhnya, sehingga semua hal yang menjadi sisanya menjadi tugas perempuan. Bahkan, sampai ada istilah pamali kalau perempuan keluar rumah dan bekerja.
Di masa kini, perempuan sudah jauh lebih merdeka dalam memutuskan untuk bekerja atau tidak. Thanks to gerakan feminisme, perempuan kini punya lebih banyak tempat untuk berkarya, mengaktualisasikan diri, dan mengoptimalisasi potensi dengan cibiran-cibiran yang lebih sedikit dari masyarakat. Apalagi, suami-suami yang juga mulai teredukasi dan komunikasi yang lebih setara di antara pasangan memungkinkan pembagian peran dalam mengurus anak dan beban kerja rumah tangga. Tapi, pada praktiknya, pikiran dan perasaan bahwa sebagai perempuan tugas kita adalah dapur, sumur, kasur masih menghantui benak, lho!
Dapur, sumur, kasur
Istilah ini muncul karena di zaman dulu paham yang beredar luas di masyarakat adalah tugas perempuan sebagian besar ada di area-area tersebut. Mengurus rumah menjadi aktivitas yang eksklusif jadi tanggung jawab perempuan. Meskipun nggak sedikit orang-orang yang masih menganut paham ini, tetapi sudah banyak juga yang mulai mengubah pola pikir ini, terutama yang tinggal di perkotaan, punya pola pikir kritis, dan terhubung dengan akses internet yang baik.
Sekarang, perempuan sudah banyak berkarya dan memiliki ruang untuk berkembang, meskipun bagi kami, masih banyak yang bisa dilakukan untuk memaksimalisasi hal ini.
Pergeseran peran
Makanya, terutama sekarang, perempuan bekerja sudah umum tersebar di berbagai macam bidang dan industri. Sekarang ada istilah women in tech, women in the digital world, women in research, dll. Untuk bisnis-bisnis pun, pasar perempuan memiliki perspektif yang sangat berpengaruh dalam pembuatan campaign, konten, produk, bahkan layanan bisnis. Kini telah tersebar banyak komunitas untuk mewadahi minat dan bakat perempuan, dari yang lajang, menikah, sampai punya anak. Seperti di Peek.Me Naturals, 80% pekerja kami adalah perempuan dan ibu rumah tangga :)
Perspektif masyarakat juga sudah bergeser tentang keberdayaan seorang perempuan. Kini, banyak yang sudah terbuka bahwa perempuan bekerja itu bukan hanya menguntungkan dari segi finansial, melainkan karena pengalaman perempuan membawa sudut pandang yang baru di berbagai industri, dan tentunya banyak kesempatan yang bisa diambil dengan mengambil sudut pandang perempuan. Misalnya, industri kosmetik dan fashion yang semakin berjaya dan inklusif karena mengedepankan pengalaman perempuan dalam setiap tahap. Selain itu, lembaga-lembaga masyarakat yang dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan sudah lebih banyak dan lantang.
Meski geliat pergerakan perempuan sudah ada sejak zaman pra-revolusi, tapi pandangan miring terhadap pengalaman perempuan dan fasilitas yang berhak didapatkan perempuan menjadi sangat berkurang di zaman sekarang.
Women jugglers
Meski perempuan sudah bisa keluar rumah, sejatinya urusan rumah tetap ada di pundak perempuan. Urusan anak, sekolah anak, les anak, makan anak, well-being anak secara keseluruhan, mendidik anak, strategi parenting, memikirkan menu masakan, mengontrol pengasuh atau asisten rumah tangga, dan tetek bengek rumah tangga lain masih lebih sering jadi beban pemikiran perempuan sendiri, MESKI beban eksekusinya dibagi bersama suami, ART, pengasuh, atau orang tua. Apalagi untuk ibu yg WFH, batas antara tanggung jawab pekerjaan dan rumah semakin bias. Jadinya, harus juggling waktu, tenaga, kapasitas fokus dan mental, dan emosi.... Padahal semua sama-sama hanya punya 24 jam dalam sehari.
Uring-uringan, stres berat, insomnia
Nah, peran yang berlapis dan beban yang bertumpuk ini bukannya tidak membawa efek ke kehidupan perempuan, lho. Apabila tidak diregulasi atau diatur, perempuan bisa mengalami stres berkepanjangan yang mengganggu fungsi hidup sehari-hari. Dari masalah emosi, gangguan tidur, sampai masalah fisik... keluhan-keluhan ini bisa dialami perempuan yang overwhelmed dengan peran dan tugasnya. Hasilnya, kualitas hidup dan kesejahteraan mereka bisa menurun, produktivitas tidak maksimal, dan potensi mereka tidak teraktualisasi, yang berujung pada banyaknya kerugian yang bisa dirasakan masyarakat, karena banyak hal di dunia ini yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan dengan baik di area pekerjaan.
Nah, peran yang berlapis dan beban yang bertumpuk ini bukannya tidak membawa efek ke kehidupan perempuan, lho. Apabila tidak diregulasi atau diatur, perempuan bisa mengalami stres berkepanjangan yang mengganggu fungsi hidup sehari-hari. Dari masalah emosi, gangguan tidur, sampai masalah fisik... keluhan-keluhan ini bisa dialami perempuan yang overwhelmed dengan peran dan tugasnya. Hasilnya, kualitas hidup dan kesejahteraan mereka bisa menurun, produktivitas tidak maksimal, dan potensi mereka tidak teraktualisasi, yang berujung pada banyaknya kerugian yang bisa dirasakan masyarakat, karena banyak hal di dunia ini yang hanya bisa dilakukan oleh perempuan dengan baik di area pekerjaan.
Apa yang bisa dilakukan?
Tanpa harus mengingkarinya, sebagian perempuan merasa terbebani karena merasa tidak sempurna sebagai ibu atau istri kalau tidak 24 jam fokus kepada urusan anak dan rumah tangga. Selain itu, ada persepsi yang kuat di masyarakat bahwa perempuan harus bisa melakukan semuanya sendiri.
Menjadi supermom adalah sebuah keidealan! Padahal, ekspektasi yang hampir mustahil ini nggak bagus untuk kesejahteraan perempuan. Jadi, apa aja yang bisa dilakukan untuk mengurangi beratnya menjalani peran yang berlapis sebagai perempuan?
- Let go of the mom guilt - kalo mertua sering bilang, "Dulu aja Mama bisa ngurus anak sendiri...." sadari bahwa itu dulu. Sadari bahwa pergeseran peran perempuan ini juga diikuti oleh jalan dan solusi yang berbeda untuk ngurus anak.
- Gunakan strategi hemat waktu dan tenaga - entah itu pakai ART, makan diurusin ojek online, belanja diurusin pasar online... semua itu ada memang karena semua perubahan ini. Manfaatkan!
- Minta bantuan - jangan malu untuk minta bantuan yang membuatmu nyaman. Nggak ada salahnya menitipkan anak di orang tua/mertua, pake pengasuh atau ART, menitipkan anak di daycare yang kamu percaya, atau kalau memungkinkan, meminta pembagian waktu dengan suami.
- Mindful terhadap waktu - kalau anak tidur, lakukan yang bisa dilakukan. Kalau anak anteng, get some things done. Kamu boleh banget istirahat, dan HARUS, tapi harus mindful juga berapa banyak waktu yang kamu gunakan untuk bekerja dan istirahat, mengurus rumah dan mengurus anak.
- Berbagi beban - entah itu sama suami, sama pengasuh/ART, sama orangtua/mertua, bagi bebanmu. Temukan support system yang mengerti. Awalnya mungkin butuh banyak penyesuaian, tapi lama-lama akan baik-baik saja, lho...
- Komunikasikan dengan atasan - sekarang sudah banyak tempat kerja yang terbuka dengan peran yang bergeser di antara perempuan. Sebisa mungkin, jalin komunikasi yang positif dengan atasan untuk menjelaskan kondisimu.
- Lower your expectation - kita suka rumah yang bersih, pekerjaan yang selesai, dan anak yang tenang, tapi sadari kita semua punya batas. Khawatir tentang banyak hal yang nggak perlu bisa mengurangi banyak stres.
- Me-time - jangan melewatkan me-time! Minta waktu untuk merawat dirimu dan mentalmu pada suami dan anak. Entah itu satu hari weekend untuk bertemu teman, atau maraton di HBO Go sambil maskeran.
- Be present - hadir sepenuhnya untuk setiap waktu dan aktivitas kita supaya fulfilling. Kalau kita merasa penuh, aktivitas juggling akan terasa lebih ringan.
Sebagai perempuan berdaya, kamu harus selalu menjaga kesehatan fisik dan mentalmu secara holistik. Peek.Me Naturals mau merekomendasikan Mellow Free dan Spa in A Bottle yang bisa kamu gunakan untuk membantumu juggling dengan fisik dan mental yang sehat. Semangat terus ya!